Kamis, 20 Januari 2022

Ada Apa Dengan Barcelona?

 

Barcelona bukan hanya nama salah satu kota indah di Spanyol. Namun di kota tersebut lahir salah satu raksasa tim sepak bola yang menakjubkan dengan gaya bermainnya. Terbentuk pertama kali pada tanggal 29 November 1899 oleh Hans Gamper yang ingin mendirikan sebuah klub sepak bola dengan menaruh iklan di koran Los Deportes pada bulan Oktober 1899, ia berhasil mengumpulkan 11 pemain terbaik dan terbentuklah club yang pada saat itu Bernama Foot-Ball Club Barcelona.

Pada awal berdirinya, klub ini menuai sukses di era kompetisi regional, yaitu Campionat de Catalunya dan Copa del Rey. Trofi pertama mereka diraih pada tahun 1902 Copa Macaya. Gamper menjadi figure yang penting bagi Barcelona pada awal beridirnya. Pria asal Swiss ini mencari dana untuk menyelamatkan Barcelona dari kebangkrutan saat itu dan berperan dalam pembangunan stadion baru bagi Barcelona.

Klub ini memiliki warna identiknya yaitu biru dan merah. Karena identitasnya  klub ini memiliki julukan Blaugrana. “Blau” memiliki arti biru dan “Grana” yang berarti merah dalam Bahasa Katalan.  Selain itu, klub ini juga memiliki sebuah slogan, yaitu “mes que un club” yang memiliki arti “lebih dari sebuah klub”. Slogan ini memiliki sejarah panjang bagi warga Katalan untuk melawan kediktatoran Jendral Franco. Kalimat tersebut mengacu pada masyarakat Katalan yang sejauh ini mendapat kemerdekaan dari Spanyol. Pasalnya bagi masyarakat Katalan, mes que un club adalah pembelaan bahasa dan budaya yang selalu sentimental pro pemerintah Spanyol sejak 1910-an.

Namun kini ada apa dengan konsistensi Barcelona ? 

Terlepas dari sejarah “sextuple” alias raihan enam tropi dalam satu musim pada tahun 2009 pada masa kejayaannya dengan Pep Guardiola, Barcelona merupakan salah satu raksasa eropa yang memiliki filosofi unik dalam perkembangan sepak bola. Filosofi sepak bola yang lekat dengan Barcelona ada “tiki-taka”. Taktik tiki-taka adalah gaya permainan sepak bola yang memiliki ciri umpan-umpan pendek dan pergerakan dinamis, memindahkan bola melalui beragam saluran dan mempertahankan penguasaan bola. Dibalik anomali gaya tersebut, efeknya sangat destruktif bagi lawannya. Tujuan utama dari taktik ini adalah memancing lawan merebut bola, sehingga eksploitasi lini pertahanan lawan menjadi kocar-kacir.

Setelah kepergian Pep, klub ini mengalami banyak pergantian nahkoda. Beberapa pelatih tersebut antara lain yaitu Tito Vilanova (2012-2013), Gerardo ‘Tata’ Martino (2013-2014), Luis Enrique (2014-2017), Ernesto Valverde (2017-2020), Quique Satien (2020), Ronald Koeman (2020-2021), bahkan yang terbaru adalah mantan pemain Barcelona, Xavi Hernandez (2021-..). Namun diantara banyaknya pelatih tersebut belum ada yang mampu membawa Blaugrana meraih kesuksesan era Pep. Kembalinya Xavi membawa angin segar bagi para Los Cules, sosok Xavi sebagai eks pemain Barcelona yang dulu diasuh oleh Pep, akan membawa kembali filosofi tiki-taka yang memudar sebagai identitas klub ini.

Tidak hanya pelatih yang datang dan pergi tanpa memberikan tropi, belanja pemain mahal yang tidak sesuai ekspektasi membuat keuangan klub ini menjadi tidak sehat. Sektor keuangan saat ini dikabarkan memiliki hutang 3,82 triliun ke 17 klub yang berbeda. Penyebab terbesar krisis keuangan ini adalah akibat dari mantan presiden Barcelona Josep Maria Bartomeu. Dia dituding asal-asalan dalam mengelola keuangan klub tersebut. Bahkan ia juga dituding melakukan berbagai cara untuk mempertahankan kekuasaannya. Bartomeu juga tak segan-segan dalam belanja pemain dan memberikan gaji besar kepada sejumlah pemain agar bertahan di Barcelona, keputusan tersebut justru membawa petaka bagi dirinya dan Barcelona.

Perginya sang mega bintang Lionel Messi menjadi pukulan telak bagi klub dan pendukung. Kepindahannya ke Paris Saint-German menggemparkan jendela transfer pada waktu itu. Messi meninggalkan klub yang telah membesarkan namanya dan memberi gelar individu setelah 20 tahun dibelanya. Pasalnya La Pulga sendiri sebenarnya ingin bertahan, namun masalah dalam keuangan dan management membuatnya tidak berhasil menemui titik kesepakatan, bahkan dia rela gajinya dipotong separuh demi klub yang telah membesarkannya.

Tugas berat Xavi Hernandez

Berbekal keberhasilan dua musim melatih Al-Sadd dengan 34 laga tak terkalahkan, tentunya tugas berat harus ia emban saat menangani Barcelona. Dengan perginya sang maestro, Lionel Messi, tentunya Xavi harus memutar otak untuk mampu mengoptimalkan potensi para pemain muda yang ada dalam skuadnya sekarang. Saat ini klub sedang mengalami masa sulit, masih terseok-seok di papan tengah La Liga, bahkan kandas dalam fase grup Liga Champions sehingga harus terjun ke Liga Eropa (liga malam Jum’at). Pil pahit yang harus ditelan oleh pendukung Barcelona.

Persaingan dengan rival abadinya semakin berat, catatan lima pertandingan terakhir ketika bersua denga Real Madrid, berakhir dengan kekalahan Barcelona. Musim ini adalah cobaan berat bagi Barcelona, tidak lolos Liga Champion, tereleminasi dari Copa del Rey, tereleminasi dalam Piala Super Spanyol dan berada di posisi ke-6 dalam La Liga (saat pekan ke-20). Tentunya Xavi membutuhkan waktu yang tidak singkat untuk mengembalikan DNA Blaugra untuk kembali ke performa terbaiknya. “Dulu Barcelona begitu bagus karena gelandang tengahnya. Dulu ada duet Xavi-Iniesta yang dapat melakukan segalanya. Jika sekarang saya bisa membenahi itu, maka Barcelona akan kembali Berjaya.” tukasnya.

Kita lihat bagaimana The Puppet dalam menahkodai klub ini, tentunya semua butuh waktu dan proses. Karena proses tanpa progess adalah ole. - Visca el Barca

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Seperti apa

Seseorang bertanya padaku, Seperti apa itu cinta ? Cinta ialah ketika kamu telah memberikan segalanya, tanpa mengharapkan balasan. K...