Barcelona bukan hanya nama salah satu
kota indah di Spanyol. Namun di kota tersebut lahir salah satu raksasa tim
sepak bola yang menakjubkan dengan gaya bermainnya. Terbentuk pertama kali pada
tanggal 29 November 1899 oleh Hans Gamper yang ingin mendirikan sebuah klub
sepak bola dengan menaruh iklan di koran Los Deportes pada bulan Oktober
1899, ia berhasil mengumpulkan 11 pemain terbaik dan terbentuklah club yang
pada saat itu Bernama Foot-Ball Club Barcelona.
Pada awal berdirinya, klub ini
menuai sukses di era kompetisi regional, yaitu Campionat de Catalunya dan
Copa del Rey. Trofi pertama mereka diraih pada tahun 1902 Copa Macaya.
Gamper menjadi figure yang penting bagi Barcelona pada awal beridirnya. Pria
asal Swiss ini mencari dana untuk menyelamatkan Barcelona dari kebangkrutan
saat itu dan berperan dalam pembangunan stadion baru bagi Barcelona.
Klub ini memiliki warna
identiknya yaitu biru dan merah. Karena identitasnya klub ini memiliki julukan Blaugrana. “Blau”
memiliki arti biru dan “Grana” yang berarti merah dalam Bahasa
Katalan. Selain itu, klub ini juga
memiliki sebuah slogan, yaitu “mes que un club” yang memiliki arti “lebih
dari sebuah klub”. Slogan ini memiliki sejarah panjang bagi warga Katalan
untuk melawan kediktatoran Jendral Franco. Kalimat tersebut mengacu pada
masyarakat Katalan yang sejauh ini mendapat kemerdekaan dari Spanyol. Pasalnya
bagi masyarakat Katalan, mes que un club adalah pembelaan bahasa dan budaya
yang selalu sentimental pro pemerintah Spanyol sejak 1910-an.
Namun kini ada apa dengan
konsistensi Barcelona ?
Terlepas dari sejarah “sextuple”
alias raihan enam tropi dalam satu musim pada tahun 2009 pada masa kejayaannya
dengan Pep Guardiola, Barcelona merupakan salah satu raksasa eropa yang
memiliki filosofi unik dalam perkembangan sepak bola. Filosofi sepak bola yang
lekat dengan Barcelona ada “tiki-taka”. Taktik tiki-taka adalah gaya permainan
sepak bola yang memiliki ciri umpan-umpan pendek dan pergerakan dinamis,
memindahkan bola melalui beragam saluran dan mempertahankan penguasaan bola.
Dibalik anomali gaya tersebut, efeknya sangat destruktif bagi lawannya. Tujuan
utama dari taktik ini adalah memancing lawan merebut bola, sehingga eksploitasi
lini pertahanan lawan menjadi kocar-kacir.
Setelah kepergian Pep, klub ini
mengalami banyak pergantian nahkoda. Beberapa pelatih tersebut antara lain
yaitu Tito Vilanova (2012-2013), Gerardo ‘Tata’ Martino (2013-2014), Luis
Enrique (2014-2017), Ernesto Valverde (2017-2020), Quique Satien (2020), Ronald
Koeman (2020-2021), bahkan yang terbaru adalah mantan pemain Barcelona, Xavi
Hernandez (2021-..). Namun diantara banyaknya pelatih tersebut belum ada yang
mampu membawa Blaugrana meraih kesuksesan era Pep. Kembalinya Xavi membawa
angin segar bagi para Los Cules, sosok Xavi sebagai eks pemain Barcelona
yang dulu diasuh oleh Pep, akan membawa kembali filosofi tiki-taka yang memudar
sebagai identitas klub ini.
Tidak hanya pelatih yang datang
dan pergi tanpa memberikan tropi, belanja pemain mahal yang tidak sesuai
ekspektasi membuat keuangan klub ini menjadi tidak sehat. Sektor keuangan saat
ini dikabarkan memiliki hutang 3,82 triliun ke 17 klub yang berbeda. Penyebab
terbesar krisis keuangan ini adalah akibat dari mantan presiden Barcelona Josep
Maria Bartomeu. Dia dituding asal-asalan dalam mengelola keuangan klub
tersebut. Bahkan ia juga dituding melakukan berbagai cara untuk mempertahankan
kekuasaannya. Bartomeu juga tak segan-segan dalam belanja pemain dan memberikan
gaji besar kepada sejumlah pemain agar bertahan di Barcelona, keputusan
tersebut justru membawa petaka bagi dirinya dan Barcelona.
Perginya sang mega bintang Lionel
Messi menjadi pukulan telak bagi klub dan pendukung. Kepindahannya ke Paris Saint-German
menggemparkan jendela transfer pada waktu itu. Messi meninggalkan klub yang
telah membesarkan namanya dan memberi gelar individu setelah 20 tahun
dibelanya. Pasalnya La Pulga sendiri sebenarnya ingin bertahan, namun
masalah dalam keuangan dan management membuatnya tidak berhasil menemui titik
kesepakatan, bahkan dia rela gajinya dipotong separuh demi klub yang telah
membesarkannya.
Tugas berat Xavi Hernandez
Berbekal keberhasilan dua
musim melatih Al-Sadd dengan 34 laga tak terkalahkan, tentunya tugas berat
harus ia emban saat menangani Barcelona. Dengan perginya sang maestro, Lionel
Messi, tentunya Xavi harus memutar otak untuk mampu mengoptimalkan potensi para
pemain muda yang ada dalam skuadnya sekarang. Saat ini klub sedang mengalami masa
sulit, masih terseok-seok di papan tengah La Liga, bahkan kandas dalam fase
grup Liga Champions sehingga harus terjun ke Liga Eropa (liga malam Jum’at).
Pil pahit yang harus ditelan oleh pendukung Barcelona.
Persaingan dengan rival abadinya
semakin berat, catatan lima pertandingan terakhir ketika bersua denga Real
Madrid, berakhir dengan kekalahan Barcelona. Musim ini adalah cobaan berat bagi
Barcelona, tidak lolos Liga Champion, tereleminasi dari Copa del Rey,
tereleminasi dalam Piala Super Spanyol dan berada di posisi ke-6 dalam La Liga
(saat pekan ke-20). Tentunya Xavi membutuhkan waktu yang tidak singkat untuk
mengembalikan DNA Blaugra untuk kembali ke performa terbaiknya. “Dulu Barcelona
begitu bagus karena gelandang tengahnya. Dulu ada duet Xavi-Iniesta yang dapat
melakukan segalanya. Jika sekarang saya bisa membenahi itu, maka Barcelona akan
kembali Berjaya.” tukasnya.
Kita lihat bagaimana The
Puppet dalam menahkodai klub ini, tentunya semua butuh waktu dan proses.
Karena proses tanpa progess adalah ole. - Visca el Barca